Di Jawa Tengah, gagasan membuat gerai es teh diawali lima tahun lalu oleh produsen teh Tong Tji yang berdiri sejak 1938 di Kota Tegal. Kini gerai es teh Tong Tji berjumlah ratusan, pembelinya tak pernah sepi. Namun, menurut Koordinator Pemasaran Teh Tong Tji, Josia Suharto pekan lalu, membuat gerai es teh semacam itu adalah proyek rugi.
"Gerai es teh memang kami yang memelopori walaupun investasi gerai es teh sebenarnya tidak menguntungkan. Banyak yang ingin membuka gerai es teh Tong Tji, tetapi kami tolak. Mereka tak tahu kalau bisnis gerai es teh tidak untung," kata Josia.
Menurut Josia, perusahaan tidak mengharapkan keuntungan dengan membuka gerai es teh. Sasaran sesungguhnya adalah memopulerkan merek Tong Tji atau menancapkan brand image. Rupanya upaya ini dianggap berhasil karena sekarang di benak konsumen sudah melekat citra es teh adalah teh Tong Tji.
Proyek gerai es teh tersebut dikelola karyawan teh Tong Tji sebagai penghasilan tambahan. Perusahaan memberi dukungan berupa peralatan dan perlengkapan.
Josia mengatakan, perusahaan minuman lain sering memberi minuman gratis untuk dicoba. Bagi Josia, untuk promosi es teh Tong Tji justru dijual karena, menurut pengamatannya, orang kurang suka diberi minuman gratis. Mereka kurang menghargai pemberian minuman gratis, berbeda kalau mereka membelinya sendiri.
Harga segelas es teh Tong Tji yang dijual Rp 2.000 sebenarnya terlalu murah. Harga sebuah gelas plastiknya saja sudah Rp 400 sampai Rp 500. Belum termasuk tutup, sedotan, gula, air, sewa tempat, dan gaji sales promotion girls (SPG).
Karyawan tidak akan mau menjalankan bisnis gerai es teh kalau tidak didukung perusahaan. Dengan sedikit marjin keuntungan, karyawan bersedia mengelola bisnis tersebut.
Satu lagi strategi pemasaran unik dari teh Tong Tji adalah pemasaran teh Tong Tji Premium. Harga teh ini sampai sekarang masih relatif mahal dibandingkan merek lain. Josia pun heran mengapa teh mahal itu bisa laku, bahkan dulunya produk ini diluncurkan saat krisis moneter. Ternyata produk ini laku sampai di kampung-kampung. Orang dengan penghasilan terbatas pun ingin menikmati hidup mewah. Caranya dengan minum teh berharga mahal yang masih bisa dijangkau. "Dengan asumsi itu kami berani memasarkan teh Tong Tji Premium ke pasar menengah bawah," kata Josia.
Sumber : www.kompas.com/kompas-cetak/0609/19/jateng/41771.htm
Tanggal terbit : Selasa, 19 September 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar