Poci ini terbuat dari gerabah dan berpori. Karena sifat materialnya yang porous, membuat aroma teh yang dibuat dalam poci ini, khas. Jenis teko ini terkenal sebagai trade mark Tegal, juga kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tegal – Kalau berkunjung ke Tegal, mampirlah untuk mencoba teh poci yang banyak dijual di warung-warung makan sepanjang jalan kota itu. Identitas warteg (warung tegal) serasa kurang pas jika tak menyuguhkan teh poci. Disajikan dengan gula batu dan panas-panas, nikmat sekali.
Kebiasaaan minum teh poci bukan kebiasaan baru orang Tegal, tapi telah menjadi tradisi. Pertumbuhan pabrik- pabrik teh di Tegal pada tahun 1930-an yang menyebabkan timbulnya tradisi itu. Minum teh menjadi gencar sejak zaman kolonial ini dan sampai kini sudah menjadi ”budaya” lokal.
Uniknya jika kita menelusuri sepanjang jalan di Kota Slawi, iklan teh ada di mana-mana dengan berbagai merek. Maklumlah, Tegal memang mempunyai banyak industri teh, baik yang skala besar maupun kecil. Dengan luas wilayah 878,49 kilometer persegi ini, kabupaten ini memiliki beberapa perkebunan dan pabrik pengolahan teh yang cukup ternama. Misalnya PT Gunung Slamat yang produknya antara lain Teh Sosro dan Teh Poci. Juga ada PT Tunggul Naga yang memproduksi Teh Dua Tang dan Teh Tjatoet, Perusahaan Teh Cap Dua Burung yang memproduksi teh Tong Tjie.
Di Slawi, teh adalah primadona karena menjadi salah satu tanaman perkebunan utama. Di kawasan ini pun hidup petani bunga melati. Melati di sana sebagai campuran jenis teh wangi. Petani bunga melati tak bisa lepas dari teh. Mereka saling terkait dan menjadi mata rantai industri pengolahan teh. Jika industri teh di Tegal goncang, maka petani bunga melati pun terimbas.
Teh kini telah menjadi minuman ringan yang menyegarkan. Di pasaran, teh dalam kemasan kardus dan botol, tak kalah dengan soft drink bersoda dari merek terkenal. Apalagi teh juga dipercaya berkhasiat mencegah berbagai macam penyakit karena kandungan zat antioksidannya yang dikenal dengan nama polifenol. Rasanya minum teh tak akan pernah ditinggalkan orang.
Menurut data survei sosial ekonomi nasional tahun 1999, konsumsi teh Indonesia sangat kecil, yakni 0,8 kilogram per kapita per tahun. Sementara masyarakat peminum teh seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat mengkonsumsi teh 2,5-3 kg per kapita per tahun. Walau demikian industri teh terus maju tetapi dengan orientasi ekspor.
Produksi teh Kabupaten Tegal per tahun jumlahnya terus meningkat, walau masih kecil. Dari data Dinas Perkebunan setempat diketahui, jumlah rata-rata produksi teh selama lima tahun terakhir dari 1995-1999 adalah 470 ton, atau 0,004 persen dari produksi nasional. Luas areal perkebunan teh sendiri di Tegal pada tahun 1999 adalah cuma 230,5 hektar.
Tak mengherankan jika untuk memenuhi kebutuhannya, Tegal harus mendatangkan teh dari Jawa Barat, yang merupakan sentra produksi teh terbesar di Indonesia. Jawa Barat memasok sekitar 67 persen untuk produksi nasional. Pasokan daun dari perkebunan teh Jawa Barat ini kemudian diolah pabrik-pabrik di Tegal menjadi beberapa jenis minuman teh. Selain teh wangi melati (jasmine tea), diproduksi juga jenis teh hijau dan teh hitam.
Teh Tegal atau sering juga disebut teh slawi, memang terkenal sampai ke mana-mana. Jika diseduh dalam poci gerabah, aromanya khas. Yang membuat rasanya menjadi seperti itu, menurut peminum teh, karena ketika teh diseduh air panas, gerabah yang berpori-pori itu ”bereaksi” dengan teh dan menimbulkan aroma yang khas.
Sejauh mana kebenarannya, entahlah, tapi sebagian orang yang fanatik, suka teh poci ala Tegal.
Sebagian lagi menyukai teh jika disajikan dalam poci keramik atau porselen. Menurut mereka, dalam poci ini, uap teh panas tertahan di dinding keramik yang keras. Sehingga jenis teh apa pun tak merusak aroma. Apa pun jenis tekonya, minum teh menjadi bernilai jika tak sekadar dituang dalam gelas. Tapi selera memang tak bisa diperdebatkan.
(SH/gatot irawan)
Kebiasaaan minum teh poci bukan kebiasaan baru orang Tegal, tapi telah menjadi tradisi. Pertumbuhan pabrik- pabrik teh di Tegal pada tahun 1930-an yang menyebabkan timbulnya tradisi itu. Minum teh menjadi gencar sejak zaman kolonial ini dan sampai kini sudah menjadi ”budaya” lokal.
Uniknya jika kita menelusuri sepanjang jalan di Kota Slawi, iklan teh ada di mana-mana dengan berbagai merek. Maklumlah, Tegal memang mempunyai banyak industri teh, baik yang skala besar maupun kecil. Dengan luas wilayah 878,49 kilometer persegi ini, kabupaten ini memiliki beberapa perkebunan dan pabrik pengolahan teh yang cukup ternama. Misalnya PT Gunung Slamat yang produknya antara lain Teh Sosro dan Teh Poci. Juga ada PT Tunggul Naga yang memproduksi Teh Dua Tang dan Teh Tjatoet, Perusahaan Teh Cap Dua Burung yang memproduksi teh Tong Tjie.
Di Slawi, teh adalah primadona karena menjadi salah satu tanaman perkebunan utama. Di kawasan ini pun hidup petani bunga melati. Melati di sana sebagai campuran jenis teh wangi. Petani bunga melati tak bisa lepas dari teh. Mereka saling terkait dan menjadi mata rantai industri pengolahan teh. Jika industri teh di Tegal goncang, maka petani bunga melati pun terimbas.
Teh kini telah menjadi minuman ringan yang menyegarkan. Di pasaran, teh dalam kemasan kardus dan botol, tak kalah dengan soft drink bersoda dari merek terkenal. Apalagi teh juga dipercaya berkhasiat mencegah berbagai macam penyakit karena kandungan zat antioksidannya yang dikenal dengan nama polifenol. Rasanya minum teh tak akan pernah ditinggalkan orang.
Menurut data survei sosial ekonomi nasional tahun 1999, konsumsi teh Indonesia sangat kecil, yakni 0,8 kilogram per kapita per tahun. Sementara masyarakat peminum teh seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat mengkonsumsi teh 2,5-3 kg per kapita per tahun. Walau demikian industri teh terus maju tetapi dengan orientasi ekspor.
Produksi teh Kabupaten Tegal per tahun jumlahnya terus meningkat, walau masih kecil. Dari data Dinas Perkebunan setempat diketahui, jumlah rata-rata produksi teh selama lima tahun terakhir dari 1995-1999 adalah 470 ton, atau 0,004 persen dari produksi nasional. Luas areal perkebunan teh sendiri di Tegal pada tahun 1999 adalah cuma 230,5 hektar.
Tak mengherankan jika untuk memenuhi kebutuhannya, Tegal harus mendatangkan teh dari Jawa Barat, yang merupakan sentra produksi teh terbesar di Indonesia. Jawa Barat memasok sekitar 67 persen untuk produksi nasional. Pasokan daun dari perkebunan teh Jawa Barat ini kemudian diolah pabrik-pabrik di Tegal menjadi beberapa jenis minuman teh. Selain teh wangi melati (jasmine tea), diproduksi juga jenis teh hijau dan teh hitam.
Teh Tegal atau sering juga disebut teh slawi, memang terkenal sampai ke mana-mana. Jika diseduh dalam poci gerabah, aromanya khas. Yang membuat rasanya menjadi seperti itu, menurut peminum teh, karena ketika teh diseduh air panas, gerabah yang berpori-pori itu ”bereaksi” dengan teh dan menimbulkan aroma yang khas.
Sejauh mana kebenarannya, entahlah, tapi sebagian orang yang fanatik, suka teh poci ala Tegal.
Sebagian lagi menyukai teh jika disajikan dalam poci keramik atau porselen. Menurut mereka, dalam poci ini, uap teh panas tertahan di dinding keramik yang keras. Sehingga jenis teh apa pun tak merusak aroma. Apa pun jenis tekonya, minum teh menjadi bernilai jika tak sekadar dituang dalam gelas. Tapi selera memang tak bisa diperdebatkan.
(SH/gatot irawan)
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/feature/ritel/2002/094/rit02.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar